Cerpen oleh Rohimul Hadi
“Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun, tidak jujur itu sulit diperbaiki” -Mohammad Hatta
“Ujian akhir semester besok sama seperti ujian semester lalu. Ada lima paket soal berbeda. Tidak ada ceritanya kalian contek-mencontek lagi” Pak Sandi berucap.
“Siap, Pak!” kami berucap senang.
Ujian ini berarti sebuah keuntungan bagi kami. Semester kemarin kami sukses menaklukkan ujian lima paket itu. Siswa paling bodoh di kelas pun mendapat nilai bagus. Sangat bagus dilihat dari ukuran kemampuannya. Pak Sandi juga sangat kejam dalam membuat soal. Hanya beberapa soal yang mudah, dan sisanya soal-soal yang sangat sulit. Ujian kemarin berhasil lebih tepatnya karena kerjasama kami. Berkat strategi yang dibuat oleh Dodi. Orang tuanya guru dan ia paham sekali dengan proses pengkoreksian hasil ujian. Ia sudah biasa membantu orang tuanya. Selain itu keberuntungan memihak pada kami. Pengawas ujian adalah orang tua itu. Hanya memegang hp saja, membuka-buka sosmed. Tidak pernah benar-benar mengawas ujian.
“Oke teman-teman. Ujian minggu depan kita harus bisa kompak seperti kemarin. Perhatikan, sebenarnya semakin banyak paket ujian, semakin menguntungkan bagi kita. Kenapa bisa seperti itu, paket-paket itu hanya pengecoh saja. Yang membedakan satu paket dengan paket yang lainnya hanya urutan soalnya saja, beberapa juga pilihan gandanya hanya diubah. Tapi esensinya semua paket itu sama. Harus sama kualitasnya dan tingkat kesulitannya” Dodi menjelaskan di depan kelas sewaktu jam istirahat. Kami semua memperhatikan yang Dodi omongkan. Pintu kelas ditutup, begitu juga jendela kelas. Pertemuan rahasia, strategi rahasia.
“Perhatikan !!! lima paket soal, empat puluh pertanyaan, lima belas materi, dan yang terpenting urutan soal pasti tidak sama” Dodi sangat menggebu-gebu dalam menjelaskan. Kami sangat serius mendengarkan ocehan Dodi. Ia penyelamat kelas kami dari guru killer yang tidak tahu diri dalam membuat soal.
“Apa artinya itu semua? Itu berarti satu materi untuk empat soal. Karena urutannya pasti berbeda maka satu materi dalam lima paket itu akan ada dua puluh soal. Jadi untuk mengerjakan ujian minggu depan, kita hanya perlu belajar dua materi dari sepuluh materi. Belajar saja materi yang paling mudah. Materi yang susah tinggalkan” Dodi mengepalkan tangannya. Sangat bersemangat menaklukkan ujian kali ini.
“Ulangi...! Ulangi...!” kata murid yang paling bodoh itu –Bohem.
“Intinya seperti ini, kita akan saling tukar jawaban. Contohnya aku dapat paket satu. Materi respirasi akan ada di soal nomor satu sampai empat. Di paket dua materi respirasi akan ada di soal nomor lima sampai delapan, di paket tiga akan di nomor sembilan sampai dua belas, dan seterusnya hingga paket lima nomor soal sampai dua puluh. Nah, untuk materi Sel di paket satu akan ada di nomor lima sampai delapan, di paket dua akan ada di nomor sembilan sampai dua belas dan seterusnya. Dan yang paling penting. Kunci jawaban lima paket itu sama” Dodi menjelaskan dengan rinci, mengoret-oret di papan tulis putih apa yang ia katakan itu.
“Jadi, masing-masing dari kita hanya menjawab soal yang paling mudah, yaitu materi tentang respirasi dan sel. Kita sepakat ini, oke? Setelah itu kita sebar jawaban masing-masing dengan kompak. Jangan sampai ketahuan. Kita lakukan seperti biasa. Kita harus sukses bareng, dan mendapat nilai bagus bareng” Dodi mengakhiri diskusi rahasia, siap menuju hari ujian.
****
Hari ujian telah tiba. Kami siap dengan strategi yang direncanakan Dodi. Semester kemarin rencana itu berhasil seratus persen. Tidak perlu belajar banyak materi, sudah dapat nilai yang bagus.
Kami semua sudah di meja masing-masing sesuai nomor ujian. Dodi meja kiri tengah. Bohem, murid paling bodoh beruntung ada di meja paling belakang. Yang agak susah yang duduk dibagian depan. Di hadapan meja pengawas. Beruntungnya lagi, pengawas ujian hanya satu orang.
Pengawas masuk. Seketika kami menghela nafas. Ujian kali ini pasti bisa. Yang menjadi pengawas orang tua itu lagi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Rencana itu akan berjalan lancar.
Pengawas menbagikan lembar jawaban dan soal kepada masing-masing siswa yang siap melaksanakan ujian. Setelahnya ia kembali ke meja tempat pengawas seharusnya berada. Kembali seperti kebiasaannya, hanya membuka handphone. Entah apa yang ia buka.
Dodi melihat paket soal yang ia terima. Paket soal nomor lima. Berarti ia mengerjakan soal nomor enam belas sampai dua puluh dan soal nomor tiga puluh enam sampai empat puluh. Si bodoh itu mendapat paket nomor satu. Mudah-mudahan ia bisa mengerjakan. Nasib kelas ada di tangan dia. Murid yang di sebelah Dodi mendapat paket nomor empat.
Dodi mengerjakan soal-soal yang harus ia kerjakan. Murid sebelahnya juga sama. Tanpa terkecuali si Bohem. Dua puluh menit berlaku semua murid sudah menyelesaikan tugas yang di arahkan Dodi. Mengerjakan empat soal mengenai materi respirasi dan empat soal mengenai materi sel. Jadi tiap orang hanya mengerjakan delapan soal dari empat puluh soal.
Sekarang tinggal menyebar jawaban masing-masing ke orang-orang yang di sebelahnya. Dodi saling tukar jawabannya dengan teman yang duduk disebelahnya. Tidak sulit, karena akses nya sangat mudah. Setelah itu Dodi meminta jawaban dari teman di depannya. Teman sebangku Dodi membagikan jawaban ke murid di seberangnya dan menukar jawabannya.
Dodi telah mendapatkan jawaban paket tiga dan dua. Empat paket sudah di dapatkannya. Paket empat dari teman sebangkunya dan dua paket selanjutnya dari teman yang ada di depannya. Satu paket lagi ia dapatkan dari murid yang duduk di belakangnya. Tentunya Dodi memberikan jawaban yang belum ia dapatkan.
Tidak ada acara lempar-lempar kertas, tidak ada acara kode-kode. Kecuali untuk murid yang duduk paling depan. Pura-pura menjatuhkan lembar soal kemudian menukar dengan lembar soal yang ada di belakangnya, yang sudah dikerjakan semuanya tentunya. Bohem, seperti yang dipikirkan Dodi. Ia hanya meminta jawaban. Tidak bisa ikut mengerjakan walaupun materi yang mudah itu.
Fakta yang diitemukan di lapangan yaitu, ternyata persebaran paket soal merata dan tidak acak. Itu sangat memudahkan persebaran jawaban. Persebaran nya yaitu orang yang mendapatkan soal yang pertama, ia mendapatkan paket soal nomor satu, orang kedua mendapat soal nomor dua, orang ketiga paket soal tiga dan seterusnya. Orang ke enam mendapat soal nomor satu berulang-dan berulang tiap lima orang. Dengan persebaran soal yang seperti itu berarti tidak perlu jauh-jauh meminta jawaban ke murid lain. Hanya meminta jawaban pada murid sebangku dan murid di depan dan belakangnya saja. Tidak perlu meminta pada baris sebelahnya.
Ujian selesai. Rencana berjalan mulus. Hari iru adalah hari yang sangat mudah. Keberuntungan memihak pada murid sekelas. Tinggal menunggu pengumuman nilai di mading sekolah.
****
“Lihat...!!! Pak Sandi menuju mading sekolah. Pasti ia mau menempel nilai ujian kemarin. Yuk, lihat kesana” ujar Bohem. Kami semua bergegas berjalan ke sana.
Kami terkejut melihat nilai yang ada di mading. Rata-rata nilai kami menyentuh angka tiga puluh. Tidak ada yang satu pun yang menyentuh angka di atas lima puluh. Apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa murid perempuan menangis. Mennyadari nilainya yang terpampang jelas di mading. Hari yang paling menyedihkan bagi kami semua. Rencana Dodi kali ini gagal. Ada kesalahan analisis dalam merancang rencana ini. Hal yang penting dan Dodi lupakan adalah ia tidak mengecek kebenaran rencana itu. seharusnya ia mengkoreksi jawaban dengan teman sebangkunya. Apakah benar-benar sama antara jawaban yang ada di paketnya dan paket teman sebangkunya. Itu hal yang ia lupakan. Pak Sandi lebih pintar dari Dodi. Ia tidak akan tertipu untuk kedua kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar